STRATEGI
PENINGKATAN PRODUK EKSPOR FURNITURE
INDONESIA KEPASAR AMERIKA SERIKAT
(TANTANGAN
DAN PELUANG)
Oleh : Nursal
Baharuddin *
Abstract
Furniture or home furnishings considerably potential and relatively
has high value abroad. Furniture is an
artistic product that made from selective woods with beautiful color and
texture which is done by a smooth final settlement. So far, Indonesian furniture industry still
has great prestige and known as one of the largest furniture exporter in world
trade. In world trade, furniture is
known by their two digits Harmonized Tariff System (HTS) code which is 94 that
constitute name and number (clarify) each commodity traded in the world.
Furniture is one of primary product for US costumer and
Indonesia includes in 10 greatest countries that supply furniture to the US
with significant numbers, except for office furniture, wood television and
radio cabinet in fact Indonesia is not included in top 20 suppliers on those
categories. This is market opportunity
for Indonesia to try to optimize those areas.
The growth trends for Indonesia export to the US in the period of 2010-2011
reach 4.7%. In 2012, Indonesia ranks 8th
as supplier to US and countries that lie above it are China, Canada, Mexico,
Italy, Vietnam, Malaysia and Taiwan.
US consumers are multi ethnic with high “purchasing
power” (average income per capita $ 46.000 per year) besides their huge
population, 312 million peoples that attracted to furniture that look good and
seemingly good in value. The Americans
looked at furniture as long term investment also as things that their pass to
their children and antique. The nature
of Americans consumer is buying cheap product but have a good quality; this is
what Indonesian supplier needs to understand and study especially for those in
furniture business and wanted to enter the US market. Another important indicator that need to be
consider in the furniture business are the growth of properties, hotels,
offices, apartments, etc.
Keywords: International Trade, Target Market, Furniture
Market Trend, Strategic Management
Export, US Demography.
*) Dosen Akademi Pimpinan Perusahaan (APP)--Prodi Perdagangan
Internasional, Sekolah Tinggi Manajemen Industrri (STMI)- Menejemen Bisnis
Industri, Perbanas Institute.
Mantan Kepala
ITPC, Dallas-Texas, USA, Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor
Indonesia P, Kementerian Perdagangan, Kepala Biro Persidangan dan Humas, Dewan
Ketahanan Nasional
Abstraksi
Furniture atau perabot rumah tangga cukup potensial
dan memiliki nilai jual yang relatif tinggi di luar negeri. Furniture sebagai produk artistik yang
terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan
penyelesaian akhir yang halus. Sejauh
ini industri furniture
atau mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dan dikenal sebagai salah
satu negara eksportir mebel terbesar dalam perdagangan dunia. Dalam perdagangan internasional, komoditi furniture
ini dikenal dengan code Harmonized Tariff System (HTS) dua digit,
yaitu 94 merupakan penamaan dan penomoran (pengklasifikasian) setiap jenis barang yang diperdagangkan di dunia,
Furniture merupakan
salah satu produk primer bagi konsumen AS Indonesia termasuk 10
besar negara pemasok furniture bagi AS dengan nilai yang cukup
signifikan, kecuali untuk office furniture, wood television dan radio
cabinets yang bahkan belum masuk 20 besar perkategori. Ini merupakan
celah pasar bagi Indonesia untuk dicoba
diupayakan mengisi area ini. Trend pertumbuhan ekspor furniture Indonesia
ke Amerika Serikat dalam periode 2010-2011 mencapai 4,7%. Pada tahun 2012
Indonesia berada diperingkat ke-8 sebagai pemasok furniture ke
AS Negara dengan peringkat di atasnya ialah Cina, Kanada, Mexico, Italy,
Vietnam, Malaysia dan Taiwan.
Konsumen AS multi etnik
dengan “purchasing power” yang tinggi (income perkapita rata-rata di atas 46
ribu US dollar) disamping jumlah penduduk cukup besar, yaitu 312 jiwa orang tertarik pada furnitur yang terlihat
bagus dan tampaknya menjadi nilai yang baik. Mereka melihat furnitur sebagai
investasi jangka panjang sebagai sesuatu untuk menyampaikan kepada anak-anak
mereka atau tetap sebagai barang antik. Sifat konsumen AS, membeli produk
dengan harga murah tetapi mutu tinggi yang harus dipelajari oleh eksportir
Indonesia terutama berbisnis di bidang furniture jika ingin masuk ke pasar AS
tersebut. Indikator penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam bisnis
furniture adalah pertumbuhan property, hotel, kantor-kantor, apartemen dll
Keyword : Perdagangan Internasional, Terget pasar, Trend
Pasar furniture , Strategi Pemasaran
Ekspor,
Demografi AS
Latar Belakang
Amerika
Serikat adalah negara tujuan ekspor tradisional Indonesia yang cukup potensial
dan memiliki ekonomi terbesar dengan Gross Domestik Produk (GDP) per kapita US$
17 trillion (RI US$ 1 trillion), populasi penduduk terbesar ke-tiga di dunia
sebanyak 312 juta jiwa orang, pendapatan perkapita sebesar USD 46.856/kepala, Tingkat konsumsi domestik
sangat tinggi, AS merupakan tujuan ekspor RI ke-3 (setelah RRC dan Jepang),
Data Perdagangan 2011 total perdagangan US$ 26,5 milyar, ekspor RI US$ 19,1
milyar, impor AS US$ 7,4 milyar, (surplus bagi RI), GSP (Generalized System
of Preference), yaitu kebijakan untuk memberikan tariff zero % untuk sejumlah produk dari negara
berkembang (Underdeloping Countries) dan
LDC’s. Indonesia telah memanfaatkan dengan cukup baik,
yakni 11% dari total ekspor RI ke AS (2011).
Seluruh faktor tersebut merupakan modal yang harus dimanfaatkan pengusaha
Indonesia.
Furniture
atau Produk perabot rumah tangga cukup potensial dan memiliki nilai jual yang relatif tinggi di luar negeri.. Furniture sebagai produk
artistik yang terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang
dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus. Sejauh ini industri furniture
atau mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dan dikenal sebagai salah
satu negara eksportir mebel terbesar dalam perdagangan dunia. Mebel nasional
tampaknya masih menjadikan pasar Amerika Serikat
(AS) sebagai tujuan ekspor utama.
Dalam
perdagangan internasional, komoditi furniture ini dikenal dengan code Harmonized
Tariff System (HTS) dengan angka dua digit, yaitu No. 94, merupakan
penamaan dan penomoran (pengklasifikasian) setiap jenis barang yang
diperdagangkan di dunia. Tujuannya adalah mendiskripsikan komoditi ekspor. HTS
adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang
diperdagangkan secara internasional. Walaupun Indonesia negara
yang sangat kaya dengan sumber daya alam, sehingga tak heran jika Indonesia
terkenal sebagai negara eksportir komoditi berbagai macam bahan baku, seperti
kayu dan rotan sebagai bahan baku furniture.
Apabila Ekspor furniture Indonesia maju, rakyat akan
sejahtera karena industri ini:
·
tergolong padat
karya yang membuka lapangan kerja yang luas;
· memiliki daya
saing dibanding industri dari negara lain, yaitu dibidang ketrampilan mengukir
dan
tenaga kerja murah;
·
bahan baku
tidak tergantung pada negara lain dan pasar ekspor masih berpeluang luas.
Namun sangat disayangkan
ditengah melimpahnya bahan baku yang dimiliki, nilai ekspor furniture Indonesia
kurang dari 3 % ekspor furniture dunia. Indonesia kalah jauh dari China yang
nilai ekspor furniturenya mencapai 45%. Padahal China merupakan importir
terbesar produk hutan Indonesia (kayu dan rotan) Pada tahun 2012 Indonesia berada diperingkat
ke-8 sebagai pemasok furniture ke Amerika Serikat. Negara
dengan peringkat di atasnya ialah Cina, Kanada, Mexico, Italy, Vietnam,
Malaysia dan Taiwan.
Perdagangan
mebel merupakan salah satu komponen penting di dalam perdagangan dunia untuk
kategori produk-produk manufaktur, dan setiap tahun volume ekspornya tumbuh
pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan per
kapita dunia. Kedua faktor ini merupakan sumber utama pertumbuhan permintaan
dunia terhadap mebel
Perdagangan
furniture dunia mengalami penurunan yang disebabkan oleh pengaruhi krisis
perumahan dan keuangan di AS pada tahun 2008, hal ini berpengaruh kepada ekspor
furniture nasional. Secara umum pasar furniture dunia meningkat dari tahun ke
tahun dan puncaknya pada tahun 2008. Tahun 2009 pasar dunia menurun akibat
krisis ekonomi global. Berdasarkan data CSIL (Central for industrial studies), nilai
perdagangan furniture dunia tahun 2008 mencapai 118 milyar US Dollar, kemudian
turun 20 % dari tahun 2009 menjadi 95 milyar US dollar, namun meningkat lagi 8
% tahun 2010 menjadi 102 Milyar US Dollar. Perdagangan furniture dunia Tahun
2012 diprediksi tumbuh 7 % dari tahun sebelumnya.
Konsumen
AS multi etnik dengan “purchasing power” yang tinggi (income perkapita
rata-rata di atas 46 ribu US dollar)
disamping jumlah penduduk cukup
besar, yaitu 312
jiwa orang tertarik pada furniture yang
terlihat bagus dan tampaknya menjadi nilai yang baik. Mereka melihat furniture
sebagai investasi jangka panjang merupakan sesuatu yang unik untuk disampaikan
kepada anak-anak mereka atau tetap sebagai barang antik. Sifat konsumen
AS, membeli produk dengan harga murah tetapi mutu tinggi, yang harus dipelajari
oleh eksportir Indonesia terutama berbisnis di bidang furniture jika ingin
masuk ke pasar AS tersebut.
Indikator penting lainnya yang perlu
diperhatikan dalam bisnis furniture adalah pertumbuhan property, hotel,
kantor-kantor, apartemen dll
Krisis ekonomi yang melanda Eropa dan lesunya pasar AS
sangat dirasakan dampaknya bagi industri furniture dan kerajinan ditanah air.
Hal ini mengingat ke-dua kawasan tersebut merupakan tujuan utama ekspor
produk-produk furniture dan kerajinan Indonesia, tercatat pada tahun 2011 lalu,
data BPS menunjukan ekspor furniture ke negara-negara Eropa mencapai 38.38 %
sedangkan ke AS mencapai 30% dari total ekspor
furniture Indonesia. Walaupun sampai dengan bulan Febuari 2012, Data BPS
menunjukan bahwa total nilai ekspor furniture Indonesia masih mengalami
kenaikan sebesar 9,76% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,
namun sampai dengan semester pertama 2012 nilai tersebut diperkirakan akan
terus mengalami penurunan. Lesunya pasar ekspor furniture di negara-negara
pasar tradisional seperti AS, perlu
untuk menggarap pasar-pasar non tradisional atau negara emerging market
Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi dalam bidang ekspor furniture
Indonesia ke pasar AS , diantaranya sbb :
Krisis Ekonomi
Gobal yang terjadi di belahan Amerika dan Eropa berdampak pada menurunnya
jumlah ekspor furniture Indonesia. Dimana hal ini, berpengaruh secara global
terhadap kondisi makro ekonomi negara-negara peng-import wooden furniture. Krisis ekonomi yang melanda Eropa dan lesunya
pasar AS sangat dirasakan dampaknya bagi industri furniture dan kerajinan
ditanah air. Hal ini mengingat AS merupakan tujuan utama ekspor produk-produk
furniture dan kerajinan Indonesia, tercatat pada tahun 2011 lalu, data BPS
menunjukan ekspor furniture ke negara-negara ke AS mencapai 30% dari total
ekspor furniture Indonesia.
Delivery time
yang tidak tepat waktu, tidak
terjaminnya pasokan bahan baku, kapasitas terpasang produksi masih terbatas,
kesadaran untuk melakukan
Promosi masih
rendah (biaya promosi yang mahal), penguasaan teknologi informasi rendah dan
promotion kit (terbatas), kemampuan untuk melakukan Product Development
terbatas (inovasi dan forecasting) dan kualitas/standard produk masih rendah kandungan air masih
tinggi, sehingga mudah retak dan masih
menggunakan teknologi manual, sehingga
antara produk sejenis terdapat perbedaan design
Illegal
logging, penebangan liar yang sebagian dijual keluar negeri masih banyak
terjadi di Indonesia. Dampak buruk pertama, bahan baku furniture akan semakin
langka dan mahal. Sehingga hal ini meningkatkan biaya produksi dan harga jual.
Dampaknya, daya saing produk di pasar global menurun. Kedua, penebangan liar
hutan tropis,paru-paru dunia, mengancam pemanasan global. Negara-negara yang
peduli untuk mengerem pemanasan global membuat regulasi dalam menerima
furniture dari Indonesia. Mereka membatasi impor dari Indonesia dengan
membatasi jumlah (kuota), dan mensyaratkan furniture kayu (wooden furniture)
Indonesia berasal dari kayu bersertifikat. Sayangnya sertifikasi kayu ini
dikeluarkan oleh lembaga dari luar negeri dan berbiaya mahal, sehingga
membebani ongkos produksi furniture kayu Indonesia
Regulasi di
AS mempersyaratkan adanya ketentuan
Container Security Initiatives (CSI) dan 24-hour rule, mempersyaratkan
penggunaan Heat Treatment (56 derajat Celcius selama 30 menit) dan Fumigasi
(dengan methil bromida selamat 16 jam) terhadap Pengemasan (Solid Wood Packing
Material /SWPM), pemberlakuan Lacey Act (Phase ke-4) yang mulai berlaku 30
September 2010 (prevention of illegal
logging practices, section 8204). Selain itu, terlalu banyak peraturan
pemerintah AS, banyak formulir untuk diisi, jarak terlalu jauh, dan tidak paham
market di AS. Risiko terlalu besar jika barang yang diekspor ditolak oleh
Custom AS.
Regulasi
Pemerintah. Dalam
beberapa hal, pemerintah memang memberikan wewenang pada Asosiasinya. Akan
tetapi, pada kenyataannya, wewenang tersebut belum bersentuhan secara langsung.
Paling tidak, ada beberapa faktor kendala ekspor yang harus terus dibenahi,
diantaranya kebijakan pajak untuk mengambil barang sample, kebijakan yang bankable,
dan ekspor bahan baku.
Masalah Perbankan, Untuk
mencairkan Letter of Credit (LC) exit saja memakan waktu yang lama. Sedangkan pelaku
industri furniture Indonesia hampir 80 persen tergolong dari sektor Usaha Kecil
dan Menengah (UKM). Pelaku industri ini, membutuhkan dana tunai untuk
keberlangsungan biaya produksi dan perkembangan bisnisnya
Strategi
Pemasaran Dengan resesi global yang sekarang terjadi maka otomatis persaingan untuk
merebut pasar yang terbatas ini akan sangat ketat dan berat. Hanya yang
terbaiklah yang akan bertahan dan menikmatinya. Untuk bisa memenangkan
persaingan tersebut maka peningkatan kualitas, ide desain (kreatifitas desain),
dan strategi pemasaran perlu wajib dilakukan.
Pemasaran
furniture Indonesia ke pasar global masih pasif, sehingga peluang pasar yang
luas menjadi tidak kelihatan. Pada umumnya pengusaha mencari pelanggan dengan
menunggu calon pelanggan datang, maksimal dengan cara pameran. Hampir tidak ada
upaya untuk mengenal selera pasar pemakai akhir (end user), menyesuaikan
produk, harga, dan citra dengan selera pasar, mengidenfikasi jalur distribusi,
dan melakukan pendekatan pada jalur distribusi, atau membangun jalur distribusi
di luar negeri. Hampir tidak ada eksportir furniture Indonesia yang mempunya
kantor perwakilan di luar negeri. Pemasaran pasif ini hanya mempertemukan
pengusaha furniture dengan broker-broker yang memperpanjang rantai distribusi.
Pembahasan
Kenderungan Global
Secara
umum, pasar furniture dunia meningkat dari tahun ke tahun dan puncak pada tahun
2008. Tahun 2009 pasar dunia menurun akibat krisis ekonomi global. Berdasarkan
data Sentral for Industrial Studies (CSIL) nilai perdagangan dunia tahun 2008
mencapai 118 Milyar USD, turun 20 % di tahun 2009 menjadi 95 milyar USD, namun naik
lagi 8 % tahun 2010 menjadi 102 USD.. Produsen terbesar furniture saat ini
adalah China dengan 31 % share total produksi dunia. Eksportir terbesar dunia
juga China, diikuti oleh Italia, Jerman dan Polandia. Sedangkan importer
furniture terbesar dunia adalah Amerika Serikat diikuti Jerman, Perancis dan
Inggris. Eksportir furniture dilihat dari bahan baku masih didominasi oleh
bahan baku kayu 59.5% . metal 8,I %, rotan 7,8 %, plastic 2,3 %, bambu 0,5 % ,
lain-lain 21,3 %. Negara tujuan ekspor furniure adalah Amerika Serikat, Perancis,
Jepang, Inggris dan Belanda
Kecenderungan yang akan datang, dominasi masih melekat pada
negara-negara China, Italia dan Jerman sebagai negara-negara produsen,
sedangkan konsumsi furniture terbesar
dunia masih dominasi oleh AS, Jepang dan negara-negara Eropa lainnya.
Selanjutnya kecenderung negara-negara produsen diharapkan bergeser ke-ASIA,
mengingat keterbatasan bahan baku kayu dan rotan sehingga memberikan peluang
besar bagi para produsen furniture
Indonesia untuk memasuki pasaran furniture dunia yang terbuka sangat luas. Pemanfaatan bahan baku kayu non hutan
alam (HTI dan HR), kayu asal tanaman perkebunan dan hasil budaya untuk industri
furniture akan semakin meningkat seiring dengan tekanan Internasional dibidang
lingkungan hidup. Pengembangan bahan baku kayu akan dilakukan oleh
negara-negara yang masih memiliki potensi hutan yang cukup besar, seperti :
Indonesia dan negara-negara Amerika latin, dengan sistem HTI dan penerapan SFM
(Sustainable Forest Management)
Kondisi Umum Perekonomian AS
AS
adalah negara adi daya yang memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan
jumlah penduduk terbesar ke-tiga di dunia
dan terdiri dari 50 negara bagian
yang beribukota di Washington D.C. dengan luas wilayah : 9.371.829 KM2. Kegiatan ekonomi :AS, yaitu sektor pertanian,
peternakan, pertambangan. perindustrian. Perdagangan (.volume ekspor-Impor yang
besar), transportasi, pariwisata. Kebudayaan. Amerika Serikat adalah negara
industri terbesar didunia karena
penduduknya bermacam-macam (Eropa, Afrika, Hespanix, Asia, dan masyarakat
lainnya) sehingga etnik kebudayaannya juga beragam. Bentuk kerjasama Amerika
Serikat dengan Indonesia keduanya telah lama menjalin hubungan diplomatic.
Dengan GDP sebesar 46.856 US Dollar per kepala menunjukan
kemampuan daya beli masyarakatnya sangat
tinggi yang merupakan gambaran dari
pada masyarakatnya untuk membelanjakan pendapatannya terutama produk-produk
yang shopping goods. Amerika Serikat
merupakan pasar tradisional ekspor Indonesia yang cukup potensial terutama komoditi
non migas diantaranya produk furniture yang kontribusi nilai ekspornya cukup
signifikan. Indonesia perlu untuk meningkatkan penerimaan
devisa negara dari sektor non-migas dengan berusaha mencari sumber-sumber
devisa baru, selain itu perlu juga untuk memperhatikan wilayah tujuan ekspornya
dengan cara melihat besarnya peluang pasar ekspor yang ada. Amerika Serikat
memiliki pangsa perdagangan yang besar di pasar dunia dan dalam negeri. Dari
segi makro ekonomi, AS masih tetap merupakan negara yang memiliki kemampuan
ekonomi cukup besar dan prospek pemasaran produk ekspor Indonesia yang cukup
cerah. Pertambahan penduduk dan perekonornian AS menyebabkan kebutuhan akan
rumah serta peralatannya seperti furniture, hiasan rumah dan produk kerajinan
lainnya mengalami peningkatan. Produk furniture (perlengkapan rumah tangga)
merupakan salah satu produk yang memiliki prospek yang sangat baik. Saat ini
produk furnitur banyak dijumpai baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri.
Hal tersebut ditandai dengan adanya produk-produk furnitur yang diekspor oleh
Indonesia
Dengan
terjadinya krisis AS dimulai pada tahun 2008, selama
bertahun-tahun suku bunga di AS sangat
rendah, sehingga penduduk AS beramai-ramai
mengajukan KPR kredit ke bank. AS banyak yang mengalami kredit macet sedangkan
rumah yang dijadikan jaminan oleh bank nilainya merosot tajam, sehingga AS mengalami kerugian yang besar dan inilah yang
disebut subprime mortage atau kredit macet, sehingga perekonomian AS menghadapi situasi yang sulit
Faktor
penyebabnya antara lain terjadi bubble economy yaitu membengkaknya kredit
macet karena debitur yang gagal mengembalikan hutangnya kepada bank serta
terjadinya penurunan daya beli berimbas pada anjloknya harga saham. Krisis
ekonomi global saat ini mempengaruhi perekonomian AS karena Krisis Eropa
merupakan sambungan dari krisis AS karena sebagian investor property AS berasal
dari Eropa. Mulai
dari krisis utang Eropa yang berkepanjangan, perlambatan ekonomi global,
hingga pemulihan ekonomi dunia yang terkendala semua permasalahan. Seiring
berjalannya waktu, perlu diantisipasi oleh para partisipan pasar bahwa,
kompleksitas persoalan ekonomi AS haruslah segera diwaspadai. Bukan hanya dari
aspek ekonomi tapi juga aspek-aspek penting lainnya. Seperti industri,
perumahan, atau pun sektor konsumer.
Dapat
diperkirakan Tahun 2013 berbagai kondisi ekonomi, bisnis, dan politik di dalam
negari maupun global tidak begitu bersahabat. Di tingkat global krisis di Eropa dan krisis fiskal AS
berujung pada bayang-bayang resesi ekonomi dunia yang masih terus mengintai
Potensi AS sebagai Negara
Tujuan Ekspor Meubel Kayu Indonesia
AS merupakan negara tujuan
ekspor nonmigas terbesar kedua bagi Indonesia setelah Jepang.
Pangsa pasar meubel kayu
Indonesia di AS adalah yang terbesar
dibandingkan negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia yang lain. Sama halnya
dengan nilai ekspornya pangsa pasar meubel kayu Indonesia ke AS dari tahun ke
tahun mengalami fluktuatif. Pangsa pasar yang tertinggi dicapai pada tahun 2002
sebesar 32,63 %, sedangkan pangsa pasar terendah dicapai tahun 1997 yaitu
sebesar 18,54 persen
Komoditi Utama Indonesia Di
AS Dan Perkembangannya
Dalam
kurun waktu tahun 2010- 2012 (Januari-Juli ) perkembangan dari10 komoditi ekspor Indonesia ke Amerika Serikat
berfluktuatif. Tahun 2010 tercatat sebesar 9,164, 27 milyar dollar
AS dan tahun 2011 mengalami penurunan, namun Tahun 2012 mengalami kenaikan
menjadi US 10,614.82 milyar dollar dengan pertumbuhan ekspornya sebesar 0,80 %.
Produk Furniture menduduki rangking ke 8 (delapan) dengan perolehan ekspornya
sebesar 341.47 milyar US dollar (tahun 2010), menurun menjadi sebesar 331.45 US dollar (tahun 2011) dan naik menjadi 376.96
US dollar dengan pangsa pasar sebesar 3.55 %
Tabel dan representasi
grafis di Lampian 4 ini menggambarkan
konsep konsumsi pasar yang didefinisikan sebagai produksi, ditambah impor,
ekspor dikurangi. Production represents the total
shipments, or sales, value of office furniture manufacturers located in the US
to all locations in the world. Produksi merupakan total pengiriman, atau
penjualan, nilai produsen perabot kantor yang terletak di Amerika Serikat untuk
semua lokasi di dunia. Consumption represents the
value of all office furniture sold in the US from all sources in the world
including those in the US Konsumsi merupakan nilai dari semua perabot
kantor dijual di AS dari semua sumber di dunia termasuk di AS
Ekspor Furniture Indonesia
ke AS terdiri dari 9 HTS dengan 6 digit,
sedangkan nilai terbesar, yaitu Kayu furniture (HS 940370) diikuti Bagian dari
furnitur (HS. 940390), Wooden furniture (except seats) of a kind used in the
bedroom (HS.940350) dan seterusnya sebagaimana terlihat dibahwa ini
Potensi pasar furniture di AS
AS memiliki pangsa
perdagangan yang besar di pasar dunia dan dalam negeri. Dari segi makro
ekonomi, Amerika Serikat masih tetap merupakan negara yang memiliki kemampuan
ekonomi cukup besar dan prospek pemasaran produk ekspor Indonesia yang cukup
cerah.
Pertambahan
penduduk dan perekonomian AS menyebabkan kebutuhan akan rumah serta
peralatannya seperti furniture, hiasan rumah dan produk kerajinan
lainnya mengalami peningkatan.
Produk furniture
(perlengkapan rumah tangga) merupakan salah satu produk yang memiliki prospek
yang sangat baik lingkungan ekonomi di AS dan Eropa.
Pasar Industri furniture
menawarkan beragam produk inovatif untuk semua kelompok umur, dengan fokus
khusus pada remaja dan pensiunan.
Produk furniture
untuk semi-remaja dan remaja dirancang dengan memikirkan perubahan selera dan
kebutuhan, sementara produk furniture untuk pensiunan di desain lebih
multifungsi.
Industri furniture
menyaksikan pergeseran ke arah multifungsi furniture karena
fleksibilitas tambahan, fungsi dan ukuran yang lebih kecil. Penggunaan
multifungsi furniture tidak hanya membebaskan ruang tetapi juga
memberikan solusi untuk masalah penyimpanan, terutama untuk rumah kecil atau
berantakan.
Industri furniture
juga dipengaruhi oleh kesadaran lingkungan hidup dan persyaratan hukum yang
ketat, yang menyebabkan perusahaan tertarik untuk mengembangkan produk ramah
lingkungan. Produsen semakin memilih untuk memproduksi furniture
dari bahan alternatif dan produk daur ulang seperti kayu dari bangunan tua atau
kayu reklame, sehingga mendorong permintaan untuk furniture ramah
lingkungan (Green Design Furniture).
Potensi pasar
yang sedemikian besar ditambah lagi dengan adanya trend baru yaitu Green
Design Furniture. Green Design Furniture sendiri berkembang akibat
dari meningkatnya kesadaran masyarakat AS akan pentingnya menjaga dan
mengendalikan tingkat polusi dan pemanasan global (global warming).
Fenomena
pemanasan global (global warming) yang salah satunya disebabkan karena
laju perusakan hutan (deforestasi) yang sangat cepat membuat masyarakat AS
merubah gaya hidupnya. Kini berkembang gaya hidup (lifestyle) yang lebih
memperhatikan kelestarian dan ramah lingkungan.
Seiring dengan
trend tersebut, sekarang telah berkembang pula trend ”Green Design
Furniture”, yakni furniture yang dirancang dan dibuat
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Perkembangan
ini merupakan kabar gembira bagi para pengusaha mebel rotan Indonesia karena
Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama (peringkat ke-8 tahun
2006) furniture ke negeri tersebut.
Munculnya trend
baru di AS ini tentu melengkapi beragam jenis furniture lain yang
sudah populer sebelumnya dan masih mendapat pasaran di AS karena peminatnya
tetap ada, seperti Traditional Style, Antique Style, Modern Style dan Contemporary
Style yang merupakan gaya antara tradisional dan modern.
Perkembangan
gaya dan selera konsumen atas produk furniture dengan desain ramah
lingkungan (Green Design Furniture) bisa bersinergi dengan kesiapan dan
proaktifnya industri furniture untuk mengembangkannya bagi
konsumen.
Menurut sumber Divine Design, suatu
siaran televisi khusus desain dan dekorasi interior, jenis furniture yang
menjadi trend dan diidambakan konsumen AS pada tahun 2007
adalah furniture yang memiliki kesan ”damai”. Ada 10 (sepuluh)
jenis furnitur berkesan ”damai” yang paling disukai konsumen AS pada tahun
2012, yaitu:
1. Hand-Craft
Furniture, yaitu furniture
ukiran tangan yang menonjolkan detail ukiran.
2. Leather with Fabrics, furniture yang terbuat dari bahan
kulit dan dikombinasikan dengan
bahan lain.
3.
Back to
Nature, furniture yang
tergolong ”Green Furniture” dan terbuat dari bahan baku
ramah lingkungan
dan mempunyai warna-warni alami.
4.
Ethnics Trends, furniture dan accesories
yang menunjukan etnik khas suatu negara.
5. Artistic Mix, furniture yang dibuat berdasarkan
kolaborasi antara berbagai kebudayaan yang
berbeda.
6. Indigeneous Materials, furniture yang dibuat dengan
menggunakan bahan yang berasal dari
tempat furniture tersebut
dibuat, seperti bahan kain, kayu, rotan dan bambu.
7. Simple Yet
Elegant, furniture yang
berbentuk sederhana tetapi mempunyai bentuk yang
anggun.
8. Home made
Accents, furniture yang
merupakan kerajinan/buatan rumah tangga, kerajinan
tangan atau tradisional,
atau furniture yang memberi kesan home made.
9. Space Conservation, furniture yang di desain sedemikian rupa sehingga tidak
memakan banyak
ruang.
10. Counter-Height Dining sets, trend saat ini yang memberi pemahaman bahwa meja
makan non
formal semakin digemari karena terkesan lebih kasual dan santai,
meskipun formal dining
set tetap dibutuhkan.
Memasuki Pasar A.S
Strategi memasuki pasar
AS, disamping memahami regulasi dan ketentuan lainnya yang berlaku secara umum , maka hal penting
yang perlu mendapat perhatian oleh para
eksportir antara lain :
1. Inovatif. Pasar AS sangat
menghargai inovasi dan tren. Sesuatu yang baru dan inovatif akan
mendapat
tempat/pasar tersendiri.
2. Paham karakteristik pasar AS. Lakukan
market intelligence atau pengamatan pasar dan
budaya AS. Misalnya:
karena 4 musim (panas, gugur, dingin, dan semi) maka design, inovasi,
promosi disesuaikan.
3. High End. Persaingan ketat
dengan berbagai pesaing negara lain (RRT, Vietnam, Canada,
Mexico), sehingga
harus membedakan diri kita dari mereka dengan membuat produk yang
berkarakteristik.
4. Design and Packaging. Kadang-kadang
produk RI baik, namun packaging kurang baik. Design
harus menjadi
bagian utuh dari proses produksi dan jangan sungkan untuk menyewa designer
khusus
untuk merancang packaging dan advertisement.
5. Jujur/Reliable Sources dan Partner.
6. Konsisten. Kalau sudah mendapat order,
maka diteruskan, jangan“on-off”
7. Manfaatkan Teknology (Online sale dan marketing). Upaya ini sangat profitable. Contoh Jeannie
Jelly
Prebiotics (via amazon.com).
8. Saat ini
terdapat berbagai online marketing membership.
Harus rajin partisipasi menjadi memberi
karena cukup efektif memperkenalkan
dengan buyers. Contoh Tiger Trade (yang memfokuskan
diri Promosi tiada batas). Rajin mengikuti Pameran di tingkat nasional sebelum
terjun ke kancah
internasional (TEI dan Indo
Feed).
9. Mengikuti
Pamaran dagang : Menciptakan image baru ’ merk pemasaran’ perusahaan
10. Last but not least: (Paling penting): Paham dan mengikuti aturan main di negara tujuan
ekspor.
Pelaku usaha harus mengetahui aturan export ke AS serta aturan
teknis lainnya
Peluang dan Tantangan
Komoditi Furniture
Dalam perkembangnya menghadapi
kondisi sbb :
· Kemungkinan
untuk menggeser posisi Indonesia keperingkat yang lebih tinggi dari Posisi
ke-10
untuk Wooden Kitchen dan dan Posisi ke-17 untuk Wooden, Office sangat
terbuka terutama
untuk Furniture dengan bahan baku Kayu Tropis (sourcing)
· Terbatasnya
Eksportir Furniture yang secara mandiri mengikuti pameran internasional di LN
·
Masih
terbatasnya jumlah eksportir Indonesia yang telah mempunyai kantor perwakilan
di LN
· Produk
Furniture Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh
negara pesaing khususnya jenis ukiran
yang berbeda disetiap daerah termasuk keragaman bahan baku (rotan, bambu, kayu
jati, mahoni, sengon, dan akar-akaran)
Kiat Memasuki Pasar AS
Sebagai landasan instrument
pengatur bahwa dasar kebijakan pengembangan ekspor Indonesia memiliki
rambu-rambu baik yang dicanangkan dalam RPJMN, perjanjian internasional/WTO,
reformasi ekonomi nasional dan kebijakan nasional sebagai filosopi yang harus
dipatuhi, yaitu :
· Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang pelaksanaannya dituangkan
dalam bentuk peraturan perundang-undangan, Peraturan Presiden dan Peraturan
Menteri;
· Perjanjian
Internasional, penetapan kebijakan
ekspor dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
mengingat bahwa kebijakan tersebut
terkait dengan perjanjian internasional, jangkauan
operasional bersifat
nasional yang memerlukan koordinasi
antar instansi tingkat nasional dan
lembaga inter nasional,
· Reformasi
Ekonomi Nasional, kebijakan ekspor di susun dalam rangka reformasi ekonomi
nasional, untuk meningkatkan daya saing, menjamin kepastian & kesinambungan
bahan baku
industri di dalam negeri, mendukung tetap terpeliharanya kelestarian
lingkungan dan
sumber daya alam serta pelaksanaan perjanjian internasional;
sumber daya alam serta pelaksanaan perjanjian internasional;
· Kebijakan
Nasional, ekspor ditentukan oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Menteri
Perdagangan.
Selain hal di atas, perlu mendapat perhatian serius oleh
eksportir Indonesia dalam berbisnis
komoditi furniture dengan pengusaha AS
antara lain :
· Menanggapi
dengan cepat permintaan pasar
· Meningkatkan
reboisasi hutan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan `baku
· Menerapkan
sistem kualitas kontrol dan meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian
lingkungan (ISO 9000 dan ISO 14000)
lingkungan (ISO 9000 dan ISO 14000)
· Peningkatan
infrastruktur (fasilitas gudang, mobilitas dan teknis pengemasan)
· Aktif
berpartisipasi dalam pameran dagang internasional (Networking, New buyer,
Market
research, dll)
research, dll)
·
Promotion kit
yang up todate
·
Menetapkan
agen/distributor Capacity Building dan Team Building yang kuat dan tangguh
Penegakan hukum yang konsisten terhadap penyelundupan kayu
Penegakan hukum yang konsisten terhadap penyelundupan kayu
Jenis produk furniture yang
digemari masyarakat AS
Drawer Bedside Table , Wide
Bedside Table Admoire, Drawer Dresser Table, Bookcase With doors, Canopy Bed, Lingerie Desk, Sofa and Sofa Table,
End Tables, Cocktail Table, Wine Butler,
Office Collection Desk, Home
Entertainment Collection Tower, Kids Furniture, Wood Frame, Floor Lamp and
Table Lamp
Rekomendasi Umum Ekspor
Furniture ke AS
Rekomendasi
Dalam rangka upaya
meningkatkan nilai ekspor furniture Indonesia perlu pembenahan dalam segala
aspek baik yang bersifat bahan baku, proses produksi , pro aktif promosi,
membangun website seperti :
1. Kayu yang
dipergunakan sebagai bahan baku bukan merupakan hasil dari Illegal Logging
2. Mempunyai
sertifikat Fumigasi
3. Menyebutkan
secara lengkap deskripsi produk dalam B/L dan Invoice guna memperlancar
proses
Customs
4. Mengantisipasi
bilamana Container terkena inspeksi oleh petugas Customs (Random Check)
khususnya berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh sipengirim
5. Mengikuti
pameran dagang internasional
6. Membangun
website yang informatif
Disamping
rekomendasi di atas, untuk meningkatkan
bisnis furniture dan akses pasar, perlu disusun beberapa alternatif strategi
peningkatan ekspor furniture ke AS ditempuh sbb :
·
Membuat Market
Survey Furniture secara komprehensive untuk mengetahui struktur pasar, saluran
distribusi, regulasi , kompetitior dll
dengan cara bekerjasama dengan perusahaan research dinegara tujuan ekspor;
· Menyusun “
market brief ” tentang furniture,
· Pengamatan
pasar (Market Intellegence) langsung dengan cara melakukan kunjungan bisnis ;
· Memanfaatkan pebisnis
Indonesia yang berdomisili di AS, seperti dengan Indonesia-Amerika
Business Assosation (IABA)
Business Assosation (IABA)
· Mengikuti trend
furniture dengan cara berlangganan majalah furniture “published information”
· Menyusun “ list
of exporter furniture AS
· Melakukan
hubungan dagang dengan cara mengirimkan penawaran yang dilengkapi brosur,
profil perusahaan dll Promosi di dunia maya (virtual trade) Menguasai dunia gadget untuk dapat
mengirim penawaran, berita dan gambar produk
profil perusahaan dll Promosi di dunia maya (virtual trade) Menguasai dunia gadget untuk dapat
mengirim penawaran, berita dan gambar produk
· Menggunakan
bahan kayu yang bukan berasal dari “illegal logging” bersertifikat “halal”
dengan
sertifikat verifikasi legilitas kayu (SVLK)
sertifikat verifikasi legilitas kayu (SVLK)
· Perbanyak
kenalan orang yang sudah berpengalaman dalam bisnis ini. Pasarkan lewat online
karena akan lebih cepat peminatnya
karena akan lebih cepat peminatnya
· Rajinlah untuk
mendatangi buyer-buyer yang umumnya telah memiliki gudang yang lebih besar
untuk mendapatkan pesanan. Jika mempunyai modal yang lebih buatlah showroom di tempat
yang strategi.
untuk mendapatkan pesanan. Jika mempunyai modal yang lebih buatlah showroom di tempat
yang strategi.
Penutup
1. AS adalah
negara yang paling signifikan di dunia dalam hal perdagangan internasional.
Selama beberapa dekade, AS telah memimpin dunia dalam impor. Keunikan dan
kondisi AS adalah negara adikuasa yang
mempunyai wilayah sangat luas, terdiri dari 50 negara bagian. Dalam perdagangan
dengan Indonesia, AS merupakan pasar tradisonal Indonesia yang sangat
potensial dengan jumlah penduduk terbesar ke-tiga di dunia sekitar tiga ratus
juta jiwa orang dan merupakan negara
yang multikultur. Kebudayaan AS pun beragan karena masyarakatnya yang beragam
dari segala macam suku, negara, agama dan warna kulit
2. Perekonomian AS memilki GDP $ 15 trillion (2011) atau
seperempat GDP dunia, GDP per kapita $ 48.450 (7 besar dunia),negara dagang terbesar (largest Trading Nation), Tingkat konsumsi
domestic sangat tinggi, struktur GDP Jasa (76,9 %), Industri (21,9 %), dan
pertanian (1.2 %). FTA dengan Kolumbia, Kosel dan akan mendorong $ 14,4 milyar
(trade value) dan lapangan pekerjaan
3. Karekteristik konsumen di AS
yang amat menyukai tantangan. Konsumen AS
terkenal dengan keterbukaan mereka dalam menerima layanan2 baru, mencoba
produk2 baru yang masih asing dan beradaptasi dengan proses yang belum familier
bagi mereka. Karekteristik konsumen yang seperti ini turut menciptakan sebuah
ekosistem yang kondusif dan budaya innovasi yang pada gilirannya mendorong
majunya entrepreneurship disana
4. Komoditi Furniture di AS cukup
potensial karena memilki nilai jual yang relatif tinggi karena memiliki artistik terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan
tekstur indah yang dikerjakan dengan halus.
Sejauh ini industri furniture atau mebel Indonesia
masih memiliki pamor bagus dan dikenal
sebagai salah satu negara eksportir mebel terbesar dalam perdagangan
dunia. Ekspor Furniture Indonesia ke AS
terdiri dari 9 HTS dengan 6 digit, sedangkan nilai terbesar, yaitu Kayu furniture
(HS 940370) diikuti bagian dari furnitur (HS. 940390), Wooden furniture (except
seats) of a kind used in the bedroom (HS.940350)
5. Trend pertumbuhan
impor furniture AS tahun 2011-2012 cukup besar, yaitu 10,76
%. Furniture merupakan salah satu produk primer bagi konsumen Amerika
Serikat. Indonesia termasuk 10 besar negara pemasok furniture bagi
AS dengan nilai yang cukup signifikan, kecuali untuk office furniture,
wood television dan radio cabinets yang bahkan belum
masuk 20 besar perkategori. Ini merupakan celah pasar bagi Indonesia untuk dicoba diupayakan
mengisi area ini. Trend pertumbuhan ekspor furniture Indonesia
ke AS dalam periode 2010-2011 mencapai 4,7%. Pada tahun 2012 Indonesia berada
diperingkat ke-8 sebagai pemasok furniture ke Amerika Serikat.
Negara dengan peringkat di atasnya ialah Cina, Kanada, Mexico, Italy, Vietnam,
Malaysia dan Taiwan.
6. Nonklatur atau code Harmonized Tariff System (HTS) adalah
94. HTS merupakan penamaan dan penomoran (pengklasifikasian) setiap
jenis barang yang diperdagangkan di dunia, tujuannya adalah mendiskripsikan
komoditi ekspor. HTS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh
barang yang diperdagangkan secara internasional. Indonesia negara yang sangat
kaya bahan baku, seperti kayu dan rotan sebagai bahan
baku furniture. Ekspor furniture Indonesia
memiliki karekteristik : tergolong padat karya
yang membuka lapangan kerja yang luas, memiliki daya saing dibanding industri
dari negara lain, yaitu dibidang ketrampilan mengukir dan tenaga kerja
murah, dan bahan baku tidak tergantung
pada negara lain dan pasar ekspor masih berpeluang luas, tetapi nilai ekspor furniture Indonesia kurang dari 3%
ekspor furniture dunia. Indonesia kalah jauh dari China yang nilai ekspor
furniturenya mencapai 45%. Padahal China merupakan importir terbesar produk
hutan Indonesia (kayu dan rotan)
7. Furnitur adalah
investasi jangka panjang sebagai sesuatu untuk menyampaikan kepada anak-anak
mereka atau tetap sebagai barang antik. Dimaklumi sifat konsumen AS, membeli
produk dengan harga murah tetapi mutu tinggi yang harus dipelajari oleh
eksportir Indonesia terutama berbisnis di bidang furniture jika ingin masuk ke
pasar AS tersebut. Indikator penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam
bisnis furniture adalah pertumbuhan property, hotel, kantor-kantor, apartemen dfl
8. Pengaruh krisis
ekonomi Amerika berdampak bagi industri furniture dan kerajinan ditanah air.
Hal ini mengingat AS merupakan tujuan
utama ekspor produk-produk furniture dan kerajinan Indonesia, tercatat pada
tahun 2011 lalu, data BPS menunjukan ekspor furniture ke Amerika Serikat
mencapai 30% dari total ekspor furniture Indonesia dengan kenaikan sebesar 9,76% dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya,
9. Dengan
permintaan AS yang besar dan perkembangan Indonesia di dunia internasional, perusahaan-perusahaan
Indonesia masih menghadapi hambatan untuk mencapai pasar AS. Untuk menemukan
dan berhubungan dengan pembeli AS yang terpercaya dan terverifikasi, seringkali
makan waktu dan biaya yang mahal. Bahkan ketika hubungan telah terjalin, dapat
menjadi sulit untuk melengkapi transaksi dengan perusahaan-perusahaan AS karena
birokrasi mereka yang kompleks, keuangan, atau peraturan pengiriman. Mengingat
hambatan tersebut, perusahaan Indonesia yang mungkin bisa berjaya di pasar AS
justru lebih banyak berjuang untuk mencapai pasar di tempat pertama. Tiger Trade,
sebuah website yang berbasis di AS yang diluncurkan pada Desember 2010,
bertujuan untuk mengatasi hambatan tersebut dengan menyediakan solusi inovatif
secara online
untuk menghubungkan bisnis di Indonesia dengan pembeli AS.
10. Pasar Furniture Indonesia di AS masih menjanjikan
dan peluangnya masih cukup besar, meski sedang krisis, AS masih merupakan
ekonomi terbesar dunia dan punya income per kapita terbesar. Ini artinya,
potensial market consumer AS boleh dibilang semuanya memiliki buying power yang
cukup tinggi,” dan dapat ditingkatkan permintaan furniture karena share dari
Indonesia baru sebesar sebesar 1.62 %
(tahun 2007). Selain itu, adanya Kebijakan sertifikat mebel yang pro Lingkungan untuk ekspor dan pemberlakukan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) akan
memberikan jaminan legalitas kayu yang digunakan oleh industri furniture
11. Menyusun strategi pemasaran furnitur berdasarkan
faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat berpengaruh pada peningkatan
usahanya dan apakah strategi pemasaran furnitur yang dilakukan sekarang masih dapat
dipertahankan atau perlu dibuat alternatif strategi pemasaran baru agar produk
dapat memenangkan persaingan.
Dikarenakan kurangnya tenaga profesional pada
pengrajin atau pekerja, maka Pemerintah atau pengusaha melakukan perbanyakan
tenaga pekerja dan terlatih untuk hasil dan keuntungan yang lebih maksimal
serta berkelanjutan.
12. Merencanakan
& menciptakan program penelitian dan pengembangan yang terencana dan
terarah, meningkatnya permintaan ekspor,
kebijakan pemerintah Indonesia sangat mendukung bagi kelancaran kegiatan
ekspor, pasar global yang berpengaruh pada penurunan tarif impor atau bea masuk
barang ke Amerika Serikat, perkembangan teknologi infomasi, dan tidak adanya
penetapan pajak ekspor furnitur Indonesia. Pro-aktif mengikuti promosi dagang baik
pameran dagang maupun misi dagang disamping kunjungan bisnis ketujuan pasar ekspor AS. Membuka akses ekspor ke negara-negara tujuan
lain seperti China, India, Australia maupun Korea Selatan. Kami sangat kecewa
dengan pemerintah yang hingga kini belum merealisasikan komitmennya untuk
membantu mengalihkan pasar ekspor,” \
DAFTA PERPUSTAKAAN
1.
Amir M. ciri-ciri komodit ekspor Indonesia
, 2004
2.
Anggara, Erwin , Karya Ilmiah Peluang
Bisnis “Bisnis Mebel” Stimik Amikom
Yogyakarta , 2012
3.
Atase Perdagangan RI di A.S. Peluang pasar produk indonesia di amerika serikat KBRI Washington DC, TEI, 2011
4.
Asosiasi Mebel Dan kerajinan Rotan Indonesia
(Asmindo), Green Design Furniture, Trend Baru di Amerika Serikat, 2008
5.
Dibi, Profil Komoditi Furniture, Info Eksportir,
Bank Indonesia
6. Kementerian Perindustrian ,
Prospek Dan Pengembangan Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan , Jakarta, 2008
7.
Kementerian Perindustrian, Bahan
Pertemuan Pembahasan Klaster Furniture,
Semarang, 2012
8.
Feri Yunus, Maju
Funiture ekspor Indonesia, 15, 2009
9.
Pramutoko, Bayu, STRATEGI MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL. Dosen
Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Islam Kadiri
10. PASAR EKSPOR: Indonesia
Belum Maksimalkan AS Bisnis Indonesia, bali bisnis 2012
Silakan Download File Dibawah Ini
Download Word
furniture indonesia is the best sir
BalasHapusTerimakasih atas artikelnya. Baca artikel saya juga di Akademi Asuransi: <a href="https://www.akademiasuransi.org/2020/05/mengapa-tanggapan-konsimen-penting-bagi-bisnis-anda.html>Mengapa Tanggapan Konsumen Penting Bagi Bisnis Anda</a>
BalasHapusTerimakasih atas artikelnya. Baca artikel saya juga di Akademi Asuransi
BalasHapusMengapa Tanggapan Konsumen Penting Bagi Bisnis Anda