Jumat, 21 November 2014

Strategi Peningkatan Produk Ekspor Furniture Indonesia Kepasar Amerika Serikat



STRATEGI PENINGKATAN PRODUK EKSPOR FURNITURE
INDONESIA  KEPASAR AMERIKA SERIKAT
(TANTANGAN DAN PELUANG)

Oleh : Nursal Baharuddin *

Abstract

            Furniture or home furnishings considerably potential and relatively has high value abroad.  Furniture is an artistic product that made from selective woods with beautiful color and texture which is done by a smooth final settlement.  So far, Indonesian furniture industry still has great prestige and known as one of the largest furniture exporter in world trade.  In world trade, furniture is known by their two digits Harmonized Tariff System (HTS) code which is 94 that constitute name and number (clarify) each commodity traded in the world. 



            Furniture is one of primary product for US costumer and Indonesia includes in 10 greatest countries that supply furniture to the US with significant numbers, except for office furniture, wood television and radio cabinet in fact Indonesia is not included in top 20 suppliers on those categories.  This is market opportunity for Indonesia to try to optimize those areas.  The growth trends for Indonesia export to the US in the period of 2010-2011 reach 4.7%.  In 2012, Indonesia ranks 8th as supplier to US and countries that lie above it are China, Canada, Mexico, Italy, Vietnam, Malaysia and Taiwan.

            US consumers are multi ethnic with high “purchasing power” (average income per capita $ 46.000 per year) besides their huge population, 312 million peoples that attracted to furniture that look good and seemingly good in value.   The Americans looked at furniture as long term investment also as things that their pass to their children and antique.  The nature of Americans consumer is buying cheap product but have a good quality; this is what Indonesian supplier needs to understand and study especially for those in furniture business and wanted to enter the US market.  Another important indicator that need to be consider in the furniture business are the growth of properties, hotels, offices, apartments, etc.
Keywords: International Trade, Target Market, Furniture Market Trend, Strategic Management
Export, US Demography.

*) Dosen Akademi Pimpinan Perusahaan (APP)--Prodi Perdagangan Internasional, Sekolah Tinggi Manajemen Industrri (STMI)- Menejemen Bisnis Industri, Perbanas Institute.
Mantan Kepala ITPC, Dallas-Texas, USA, Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia P, Kementerian Perdagangan, Kepala Biro Persidangan dan Humas, Dewan Ketahanan Nasional    

Abstraksi

Furniture atau perabot rumah tangga cukup potensial dan memiliki nilai  jual yang relatif tinggi  di luar negeri. Furniture sebagai produk artistik yang terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus. Sejauh ini industri furniture atau mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dan dikenal sebagai salah satu negara eksportir mebel terbesar dalam perdagangan dunia. Dalam perdagangan internasional, komoditi furniture ini dikenal dengan code Harmonized Tariff System (HTS) dua digit, yaitu 94 merupakan penamaan dan penomoran (pengklasifikasian) setiap jenis barang yang diperdagangkan di dunia,
Furniture merupakan salah satu produk primer bagi konsumen AS  Indonesia termasuk 10 besar negara pemasok furniture bagi AS dengan nilai yang cukup signifikan, kecuali untuk office furniture, wood television dan radio cabinets yang bahkan belum masuk 20 besar perkategori. Ini merupakan celah pasar  bagi Indonesia untuk dicoba diupayakan mengisi area ini. Trend pertumbuhan ekspor furniture Indonesia ke Amerika Serikat dalam periode 2010-2011 mencapai 4,7%. Pada tahun 2012 Indonesia berada diperingkat ke-8 sebagai pemasok furniture ke AS Negara dengan peringkat di atasnya ialah Cina, Kanada, Mexico, Italy, Vietnam, Malaysia dan Taiwan.
Konsumen AS multi etnik dengan “purchasing power” yang tinggi (income perkapita rata-rata di atas 46 ribu US dollar)  disamping  jumlah penduduk cukup besar, yaitu 312 jiwa orang tertarik pada furnitur yang terlihat bagus dan tampaknya menjadi nilai yang baik. Mereka melihat furnitur sebagai investasi jangka panjang sebagai sesuatu untuk menyampaikan kepada anak-anak mereka atau tetap sebagai barang antik. Sifat konsumen AS, membeli produk dengan harga murah tetapi mutu tinggi yang harus dipelajari oleh eksportir Indonesia terutama berbisnis di bidang furniture jika ingin masuk ke pasar AS tersebut. Indikator penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam bisnis furniture adalah pertumbuhan property, hotel, kantor-kantor, apartemen dll

Keyword : Perdagangan Internasional, Terget pasar, Trend Pasar furniture , Strategi Pemasaran
Ekspor,  Demografi AS 



Latar Belakang 

Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor tradisional Indonesia yang cukup potensial dan memiliki ekonomi terbesar dengan Gross Domestik Produk (GDP) per kapita US$ 17 trillion (RI US$ 1 trillion), populasi penduduk terbesar ke-tiga di dunia sebanyak 312 juta jiwa orang, pendapatan perkapita sebesar  USD 46.856/kepala, Tingkat konsumsi domestik sangat tinggi, AS merupakan tujuan ekspor RI ke-3 (setelah RRC dan Jepang), Data Perdagangan 2011 total perdagangan US$ 26,5 milyar, ekspor RI US$ 19,1 milyar, impor AS US$ 7,4 milyar, (surplus bagi RI), GSP (Generalized System of Preference), yaitu kebijakan untuk memberikan tariff zero % untuk sejumlah produk dari negara berkembang (Underdeloping Countries)  dan LDCs. Indonesia telah memanfaatkan dengan cukup baik, yakni 11% dari total ekspor RI ke AS (2011). Seluruh faktor tersebut merupakan modal yang harus dimanfaatkan pengusaha Indonesia.

Furniture atau Produk perabot rumah tangga cukup potensial dan memiliki nilai jual yang relatif tinggi  di luar negeri.. Furniture sebagai produk artistik yang terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus. Sejauh ini industri furniture atau mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dan dikenal sebagai salah satu negara eksportir mebel terbesar dalam perdagangan dunia. Mebel nasional tampaknya masih menjadikan pasar Amerika Serikat (AS) sebagai tujuan ekspor utama.

Dalam perdagangan internasional, komoditi furniture ini dikenal dengan code Harmonized Tariff System (HTS) dengan angka dua digit, yaitu No. 94, merupakan penamaan dan penomoran (pengklasifikasian) setiap jenis barang yang diperdagangkan di dunia. Tujuannya adalah mendiskripsikan komoditi ekspor. HTS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang diperdagangkan secara internasional. Walaupun Indonesia negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam, sehingga tak heran jika Indonesia terkenal sebagai negara eksportir komoditi berbagai macam bahan baku, seperti kayu dan rotan sebagai bahan baku furniture. Apabila Ekspor furniture Indonesia maju, rakyat akan sejahtera karena industri ini:
·  tergolong padat karya yang membuka lapangan kerja yang luas;
·  memiliki daya saing dibanding industri dari negara lain, yaitu dibidang ketrampilan mengukir dan
   tenaga kerja murah;  
·  bahan baku tidak tergantung pada negara lain dan pasar ekspor masih berpeluang luas.

Namun sangat disayangkan ditengah melimpahnya bahan baku yang dimiliki, nilai ekspor furniture Indonesia kurang dari 3 % ekspor furniture dunia. Indonesia kalah jauh dari China yang nilai ekspor furniturenya mencapai 45%. Padahal China merupakan importir terbesar produk hutan Indonesia (kayu dan rotan)  Pada tahun 2012 Indonesia berada diperingkat ke-8 sebagai pemasok furniture ke Amerika Serikat. Negara dengan peringkat di atasnya ialah Cina, Kanada, Mexico, Italy, Vietnam, Malaysia dan Taiwan.

Perdagangan mebel merupakan salah satu komponen penting di dalam perdagangan dunia untuk kategori produk-produk manufaktur, dan setiap tahun volume ekspornya tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita dunia. Kedua faktor ini merupakan sumber utama pertumbuhan permintaan dunia terhadap mebel

Perdagangan furniture dunia mengalami penurunan yang disebabkan oleh pengaruhi krisis perumahan dan keuangan di AS pada tahun 2008, hal ini berpengaruh kepada ekspor furniture nasional. Secara umum pasar furniture dunia meningkat dari tahun ke tahun dan puncaknya pada tahun 2008. Tahun 2009 pasar dunia menurun akibat krisis ekonomi global. Berdasarkan data CSIL (Central for industrial studies), nilai perdagangan furniture dunia tahun 2008 mencapai 118 milyar US Dollar, kemudian turun 20 % dari tahun 2009 menjadi 95 milyar US dollar, namun meningkat lagi 8 % tahun 2010 menjadi 102 Milyar US Dollar. Perdagangan furniture dunia Tahun 2012 diprediksi tumbuh 7 % dari tahun sebelumnya.

Konsumen AS multi etnik dengan “purchasing power” yang tinggi (income perkapita rata-rata di atas 46 ribu US dollar)  disamping  jumlah penduduk cukup besar, yaitu 312 jiwa orang tertarik pada furniture yang terlihat bagus dan tampaknya menjadi nilai yang baik. Mereka melihat furniture sebagai investasi jangka panjang merupakan sesuatu yang unik untuk disampaikan kepada anak-anak mereka atau tetap sebagai barang antik. Sifat konsumen AS, membeli produk dengan harga murah tetapi mutu tinggi, yang harus dipelajari oleh eksportir Indonesia terutama berbisnis di bidang furniture jika ingin masuk ke pasar AS tersebut. Indikator penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam bisnis furniture adalah pertumbuhan property, hotel, kantor-kantor, apartemen dll

            Krisis ekonomi yang melanda Eropa dan lesunya pasar AS sangat dirasakan dampaknya bagi industri furniture dan kerajinan ditanah air. Hal ini mengingat ke-dua kawasan tersebut merupakan tujuan utama ekspor produk-produk furniture dan kerajinan Indonesia, tercatat pada tahun 2011 lalu, data BPS menunjukan ekspor furniture ke negara-negara Eropa mencapai 38.38 % sedangkan ke AS mencapai 30% dari total ekspor furniture Indonesia. Walaupun sampai dengan bulan Febuari 2012, Data BPS menunjukan bahwa total nilai ekspor furniture Indonesia masih mengalami kenaikan sebesar 9,76% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, namun sampai dengan semester pertama 2012 nilai tersebut diperkirakan akan terus mengalami penurunan. Lesunya pasar ekspor furniture di negara-negara pasar tradisional seperti AS,  perlu untuk menggarap pasar-pasar non tradisional atau negara emerging market

Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi dalam bidang ekspor furniture Indonesia ke pasar AS , diantaranya sbb :
Krisis Ekonomi Gobal yang terjadi di belahan Amerika dan Eropa berdampak pada menurunnya jumlah ekspor furniture Indonesia. Dimana hal ini, berpengaruh secara global terhadap kondisi makro ekonomi negara-negara peng-import wooden furniture.  Krisis ekonomi yang melanda Eropa dan lesunya pasar AS sangat dirasakan dampaknya bagi industri furniture dan kerajinan ditanah air. Hal ini mengingat AS merupakan tujuan utama ekspor produk-produk furniture dan kerajinan Indonesia, tercatat pada tahun 2011 lalu, data BPS menunjukan ekspor furniture ke negara-negara ke AS mencapai 30% dari total ekspor furniture Indonesia.
Delivery time yang tidak tepat waktu,  tidak terjaminnya pasokan bahan baku, kapasitas terpasang produksi masih terbatas, kesadaran untuk melakukan
Promosi masih rendah (biaya promosi yang mahal), penguasaan teknologi informasi rendah dan promotion kit (terbatas), kemampuan untuk melakukan Product Development terbatas (inovasi dan forecasting) dan kualitas/standard  produk masih rendah kandungan air masih tinggi, sehingga mudah retak dan  masih menggunakan teknologi manual, sehingga  antara produk sejenis terdapat perbedaan design
Illegal logging, penebangan liar yang sebagian dijual keluar negeri masih banyak terjadi di Indonesia. Dampak buruk pertama, bahan baku furniture akan semakin langka dan mahal. Sehingga hal ini meningkatkan biaya produksi dan harga jual. Dampaknya, daya saing produk di pasar global menurun. Kedua, penebangan liar hutan tropis,paru-paru dunia, mengancam pemanasan global. Negara-negara yang peduli untuk mengerem pemanasan global membuat regulasi dalam menerima furniture dari Indonesia. Mereka membatasi impor dari Indonesia dengan membatasi jumlah (kuota), dan mensyaratkan furniture kayu (wooden furniture) Indonesia berasal dari kayu bersertifikat. Sayangnya sertifikasi kayu ini dikeluarkan oleh lembaga dari luar negeri dan berbiaya mahal, sehingga membebani ongkos produksi furniture kayu Indonesia
Regulasi di AS  mempersyaratkan adanya ketentuan Container Security Initiatives (CSI) dan 24-hour rule, mempersyaratkan penggunaan Heat Treatment (56 derajat Celcius selama 30 menit) dan Fumigasi (dengan methil bromida selamat 16 jam) terhadap Pengemasan (Solid Wood Packing Material /SWPM), pemberlakuan Lacey Act (Phase ke-4) yang mulai berlaku 30 September 2010 (prevention of  illegal logging practices, section 8204). Selain itu, terlalu banyak peraturan pemerintah AS, banyak formulir untuk diisi, jarak terlalu jauh, dan tidak paham market di AS. Risiko terlalu besar jika barang yang diekspor ditolak oleh Custom AS.
Regulasi Pemerintah. Dalam beberapa hal, pemerintah memang memberikan wewenang pada Asosiasinya. Akan tetapi, pada kenyataannya, wewenang tersebut belum bersentuhan secara langsung. Paling tidak, ada beberapa faktor kendala ekspor yang harus terus dibenahi, diantaranya kebijakan pajak untuk mengambil barang sample, kebijakan yang bankable, dan ekspor bahan baku.
Masalah Perbankan, Untuk mencairkan Letter of Credit (LC) exit saja memakan waktu yang lama. Sedangkan pelaku industri furniture Indonesia hampir 80 persen tergolong dari sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pelaku industri ini, membutuhkan dana tunai untuk keberlangsungan biaya produksi dan perkembangan bisnisnya
Strategi Pemasaran Dengan resesi global yang sekarang terjadi maka otomatis persaingan untuk merebut pasar yang terbatas ini akan sangat ketat dan berat. Hanya yang terbaiklah yang akan bertahan dan menikmatinya. Untuk bisa memenangkan persaingan tersebut maka peningkatan kualitas, ide desain (kreatifitas desain), dan strategi pemasaran perlu wajib dilakukan. 
Pemasaran furniture Indonesia ke pasar global masih pasif, sehingga peluang pasar yang luas menjadi tidak kelihatan. Pada umumnya pengusaha mencari pelanggan dengan menunggu calon pelanggan datang, maksimal dengan cara pameran. Hampir tidak ada upaya untuk mengenal selera pasar pemakai akhir (end user), menyesuaikan produk, harga, dan citra dengan selera pasar, mengidenfikasi jalur distribusi, dan melakukan pendekatan pada jalur distribusi, atau membangun jalur distribusi di luar negeri. Hampir tidak ada eksportir furniture Indonesia yang mempunya kantor perwakilan di luar negeri. Pemasaran pasif ini hanya mempertemukan pengusaha furniture dengan broker-broker yang memperpanjang rantai distribusi.

Pembahasan
Kenderungan Global
Secara umum, pasar furniture dunia meningkat dari tahun ke tahun dan puncak pada tahun 2008. Tahun 2009 pasar dunia menurun akibat krisis ekonomi global. Berdasarkan data Sentral for Industrial Studies (CSIL) nilai perdagangan dunia tahun 2008 mencapai 118 Milyar USD, turun 20 % di tahun 2009 menjadi 95 milyar USD, namun naik lagi 8 % tahun 2010 menjadi 102 USD.. Produsen terbesar furniture saat ini adalah China dengan 31 % share total produksi dunia. Eksportir terbesar dunia juga China, diikuti oleh Italia, Jerman dan Polandia. Sedangkan importer furniture terbesar dunia adalah Amerika Serikat diikuti Jerman, Perancis dan Inggris. Eksportir furniture dilihat dari bahan baku masih didominasi oleh bahan baku kayu 59.5% . metal 8,I %, rotan 7,8 %, plastic 2,3 %, bambu 0,5 % , lain-lain 21,3 %. Negara tujuan ekspor furniure adalah Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Inggris dan Belanda

      Kecenderungan yang akan datang, dominasi masih melekat pada negara-negara China, Italia dan Jerman sebagai negara-negara produsen, sedangkan  konsumsi furniture terbesar dunia masih dominasi oleh AS, Jepang dan negara-negara Eropa lainnya. Selanjutnya kecenderung negara-negara produsen diharapkan bergeser ke-ASIA, mengingat keterbatasan bahan baku kayu dan rotan sehingga memberikan peluang besar  bagi para produsen furniture Indonesia untuk memasuki pasaran furniture dunia yang terbuka sangat  luas. Pemanfaatan bahan baku kayu non hutan alam (HTI dan HR), kayu asal tanaman perkebunan dan hasil budaya untuk industri furniture akan semakin meningkat seiring dengan tekanan Internasional dibidang lingkungan hidup. Pengembangan bahan baku kayu akan dilakukan oleh negara-negara yang masih memiliki potensi hutan yang cukup besar, seperti : Indonesia dan negara-negara Amerika latin, dengan sistem HTI dan penerapan SFM (Sustainable Forest Management)
Kondisi Umum Perekonomian AS

AS adalah negara adi daya yang memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-tiga di dunia  dan terdiri dari  50 negara bagian yang beribukota di Washington D.C. dengan luas wilayah : 9.371.829 KM2.  Kegiatan ekonomi :AS, yaitu sektor pertanian, peternakan, pertambangan. perindustrian. Perdagangan (.volume ekspor-Impor yang besar), transportasi, pariwisata. Kebudayaan. Amerika Serikat adalah negara industri terbesar didunia  karena penduduknya bermacam-macam (Eropa, Afrika, Hespanix, Asia, dan masyarakat lainnya) sehingga etnik kebudayaannya juga beragam. Bentuk kerjasama Amerika Serikat dengan Indonesia keduanya telah lama menjalin hubungan diplomatic.

Dengan GDP sebesar 46.856 US Dollar per kepala menunjukan kemampuan  daya beli masyarakatnya sangat tinggi yang merupakan gambaran dari pada masyarakatnya untuk membelanjakan pendapatannya terutama produk-produk yang shopping goods. Amerika Serikat merupakan pasar tradisional ekspor Indonesia yang cukup potensial terutama komoditi non migas diantaranya produk furniture yang kontribusi nilai ekspornya cukup signifikan. Indonesia perlu untuk meningkatkan penerimaan devisa negara dari sektor non-migas dengan berusaha mencari sumber-sumber devisa baru, selain itu perlu juga untuk memperhatikan wilayah tujuan ekspornya dengan cara melihat besarnya peluang pasar ekspor yang ada. Amerika Serikat memiliki pangsa perdagangan yang besar di pasar dunia dan dalam negeri. Dari segi makro ekonomi, AS masih tetap merupakan negara yang memiliki kemampuan ekonomi cukup besar dan prospek pemasaran produk ekspor Indonesia yang cukup cerah. Pertambahan penduduk dan perekonornian AS menyebabkan kebutuhan akan rumah serta peralatannya seperti furniture, hiasan rumah dan produk kerajinan lainnya mengalami peningkatan. Produk furniture (perlengkapan rumah tangga) merupakan salah satu produk yang memiliki prospek yang sangat baik. Saat ini produk furnitur banyak dijumpai baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut ditandai dengan adanya produk-produk furnitur yang diekspor oleh Indonesia

Dengan terjadinya  krisis AS dimulai pada tahun 2008, selama bertahun-tahun suku bunga di AS  sangat rendah, sehingga penduduk AS  beramai-ramai mengajukan KPR kredit ke bank.  AS  banyak yang mengalami kredit macet sedangkan rumah yang dijadikan jaminan oleh bank nilainya merosot tajam, sehingga AS  mengalami kerugian yang besar dan inilah yang disebut subprime mortage atau kredit macet, sehingga perekonomian AS  menghadapi situasi yang sulit

Faktor penyebabnya antara lain terjadi bubble economy yaitu membengkaknya kredit macet karena debitur yang gagal mengembalikan hutangnya kepada bank serta terjadinya penurunan daya beli berimbas pada anjloknya harga saham. Krisis  ekonomi global saat ini mempengaruhi perekonomian AS karena Krisis Eropa merupakan sambungan dari krisis AS karena sebagian investor property AS berasal dari Eropa.  Mulai dari krisis utang Eropa yang berkepanjangan, perlambatan ekonomi global, hingga pemulihan ekonomi dunia yang terkendala semua permasalahan. Seiring berjalannya waktu, perlu diantisipasi oleh para partisipan pasar bahwa, kompleksitas persoalan ekonomi AS haruslah segera diwaspadai. Bukan hanya dari aspek ekonomi tapi juga aspek-aspek penting lainnya. Seperti industri, perumahan, atau pun sektor konsumer.

Dapat diperkirakan Tahun 2013 berbagai kondisi ekonomi, bisnis, dan politik di dalam negari maupun global tidak begitu bersahabat. Di tingkat global krisis di Eropa dan krisis fiskal AS berujung pada bayang-bayang resesi ekonomi dunia yang masih terus mengintai

Potensi AS sebagai Negara Tujuan Ekspor Meubel Kayu Indonesia

AS merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar kedua bagi Indonesia setelah Jepang.
Pangsa pasar meubel kayu Indonesia di AS  adalah yang terbesar dibandingkan negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia yang lain. Sama halnya dengan nilai ekspornya pangsa pasar meubel kayu Indonesia ke AS dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Pangsa pasar yang tertinggi dicapai pada tahun 2002 sebesar 32,63 %, sedangkan pangsa pasar terendah dicapai tahun 1997 yaitu sebesar 18,54 persen

Komoditi Utama Indonesia Di AS Dan Perkembangannya

Dalam kurun waktu tahun 2010- 2012 (Januari-Juli ) perkembangan dari10 komoditi  ekspor Indonesia ke Amerika Serikat berfluktuatif.  Tahun  2010 tercatat sebesar 9,164, 27 milyar dollar AS dan tahun 2011 mengalami penurunan, namun Tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi US 10,614.82 milyar dollar dengan pertumbuhan ekspornya sebesar 0,80 %. Produk Furniture menduduki rangking ke 8 (delapan) dengan perolehan ekspornya sebesar 341.47 milyar US dollar (tahun 2010), menurun menjadi  sebesar 331.45 US  dollar (tahun 2011) dan naik menjadi  376.96  US dollar dengan pangsa pasar sebesar 3.55  %            

Tabel dan representasi grafis di Lampian 4  ini menggambarkan konsep konsumsi pasar yang didefinisikan sebagai produksi, ditambah impor, ekspor dikurangi. Production represents the total shipments, or sales, value of office furniture manufacturers located in the US to all locations in the world. Produksi merupakan total pengiriman, atau penjualan, nilai produsen perabot kantor yang terletak di Amerika Serikat untuk semua lokasi di dunia. Consumption represents the value of all office furniture sold in the US from all sources in the world including those in the US Konsumsi merupakan nilai dari semua perabot kantor dijual di AS dari semua sumber di dunia termasuk di AS

Ekspor Furniture Indonesia ke  AS terdiri dari 9 HTS dengan 6 digit, sedangkan nilai terbesar, yaitu Kayu furniture (HS 940370) diikuti Bagian dari furnitur (HS. 940390), Wooden furniture (except seats) of a kind used in the bedroom (HS.940350) dan seterusnya sebagaimana terlihat dibahwa ini

Potensi pasar  furniture di AS

AS memiliki pangsa perdagangan yang besar di pasar dunia dan dalam negeri. Dari segi makro ekonomi, Amerika Serikat masih tetap merupakan negara yang memiliki kemampuan ekonomi cukup besar dan prospek pemasaran produk ekspor Indonesia yang cukup cerah.
Pertambahan penduduk dan perekonomian AS menyebabkan kebutuhan akan rumah serta peralatannya seperti furniture, hiasan rumah dan produk kerajinan lainnya mengalami peningkatan.
Produk furniture (perlengkapan rumah tangga) merupakan salah satu produk yang memiliki prospek yang sangat baik lingkungan ekonomi di AS dan Eropa.
Pasar Industri furniture menawarkan beragam produk inovatif untuk semua kelompok umur, dengan fokus khusus pada remaja dan pensiunan. 
Produk furniture untuk semi-remaja dan remaja dirancang dengan memikirkan perubahan selera dan kebutuhan, sementara produk furniture untuk pensiunan di desain lebih multifungsi.
Industri furniture menyaksikan pergeseran ke arah multifungsi furniture karena fleksibilitas tambahan, fungsi dan ukuran yang lebih kecil. Penggunaan multifungsi furniture tidak hanya membebaskan ruang tetapi juga memberikan solusi untuk masalah penyimpanan, terutama untuk rumah kecil atau berantakan.
Industri furniture juga dipengaruhi oleh kesadaran lingkungan hidup dan persyaratan hukum yang ketat, yang menyebabkan perusahaan tertarik untuk mengembangkan produk ramah lingkungan. Produsen semakin memilih untuk memproduksi furniture dari bahan alternatif dan produk daur ulang seperti kayu dari bangunan tua atau kayu reklame, sehingga mendorong permintaan untuk furniture ramah lingkungan (Green Design Furniture).
Potensi pasar yang sedemikian besar ditambah lagi dengan adanya trend baru yaitu Green Design Furniture. Green Design Furniture sendiri berkembang akibat dari meningkatnya kesadaran masyarakat AS akan pentingnya menjaga dan mengendalikan tingkat polusi dan pemanasan global (global warming).
Fenomena pemanasan global (global warming) yang salah satunya disebabkan karena laju perusakan hutan (deforestasi) yang sangat cepat membuat masyarakat AS merubah gaya hidupnya. Kini berkembang gaya hidup (lifestyle) yang lebih memperhatikan kelestarian dan ramah lingkungan. 
Seiring dengan trend tersebut, sekarang telah berkembang pula trend ”Green Design Furniture”, yakni furniture yang dirancang dan dibuat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Perkembangan ini merupakan kabar gembira bagi para pengusaha mebel rotan Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama (peringkat ke-8 tahun 2006) furniture ke negeri tersebut. 
Munculnya trend baru di AS ini tentu melengkapi beragam jenis furniture lain yang sudah populer sebelumnya dan masih mendapat pasaran di AS karena peminatnya tetap ada, seperti Traditional Style, Antique Style, Modern Style dan Contemporary Style yang merupakan gaya antara tradisional dan modern.
Perkembangan gaya dan selera konsumen atas produk furniture dengan desain ramah lingkungan (Green Design Furniture) bisa bersinergi dengan kesiapan dan proaktifnya industri furniture untuk mengembangkannya bagi konsumen.

      Menurut sumber Divine Design, suatu siaran televisi khusus desain dan dekorasi interior, jenis furniture yang menjadi trend dan diidambakan konsumen AS pada tahun 2007 adalah furniture yang memiliki kesan ”damai”. Ada 10 (sepuluh) jenis furnitur berkesan ”damai” yang paling disukai konsumen AS pada tahun 2012, yaitu:  
1.  Hand-Craft Furniture, yaitu furniture ukiran tangan yang menonjolkan detail ukiran.
2.  Leather with Fabricsfurniture yang terbuat dari bahan kulit dan dikombinasikan dengan
     bahan lain.
3. Back to Naturefurniture yang tergolong ”Green Furniture” dan terbuat dari bahan baku
    ramah lingkungan dan mempunyai warna-warni alami.
4. Ethnics Trendsfurniture dan accesories  yang menunjukan etnik khas suatu negara.
5. Artistic Mixfurniture yang dibuat berdasarkan kolaborasi antara berbagai kebudayaan yang
    berbeda.
6. Indigeneous Materialsfurniture yang dibuat dengan menggunakan bahan yang berasal dari
    tempat furniture tersebut dibuat, seperti bahan kain, kayu, rotan dan bambu.
7. Simple Yet Elegant, furniture yang berbentuk sederhana tetapi mempunyai bentuk yang
    anggun.
8. Home made Accents, furniture yang merupakan kerajinan/buatan rumah tangga, kerajinan
    tangan atau tradisional, atau furniture yang memberi kesan home made.
9. Space Conservation, furniture yang di desain sedemikian rupa sehingga tidak memakan banyak
    ruang.
10. Counter-Height Dining sets, trend saat ini yang memberi pemahaman bahwa meja makan non
      formal semakin digemari karena terkesan lebih kasual dan santai, meskipun formal dining
      set tetap dibutuhkan.


Memasuki Pasar A.S

Strategi memasuki pasar AS, disamping memahami regulasi dan ketentuan lainnya  yang berlaku secara umum , maka hal penting yang  perlu mendapat perhatian oleh para eksportir antara lain :
1. Inovatif. Pasar AS sangat menghargai inovasi dan tren. Sesuatu yang baru dan inovatif akan
    mendapat tempat/pasar tersendiri.
2. Paham karakteristik pasar AS. Lakukan market intelligence atau pengamatan pasar dan
   budaya AS. Misalnya: karena 4 musim (panas, gugur, dingin, dan semi) maka design,  inovasi,
   promosi disesuaikan.
3. High End. Persaingan ketat dengan berbagai pesaing negara lain (RRT, Vietnam, Canada,
    Mexico), sehingga harus membedakan diri kita dari mereka dengan membuat produk yang
    berkarakteristik.
4. Design and Packaging. Kadang-kadang produk RI baik, namun packaging kurang baik. Design
    harus menjadi bagian utuh dari proses produksi dan jangan sungkan untuk menyewa designer
    khusus untuk merancang packaging dan advertisement.
5. Jujur/Reliable Sources dan Partner.
6. Konsisten. Kalau sudah mendapat order, maka diteruskan, janganon-off
7. Manfaatkan Teknology (Online sale dan marketing). Upaya ini sangat profitable. Contoh Jeannie
    Jelly Prebiotics (via amazon.com).
8. Saat ini terdapat berbagai online marketing membership. Harus rajin partisipasi menjadi memberi
    karena cukup efektif memperkenalkan dengan buyers. Contoh Tiger Trade (yang memfokuskan
   diri Promosi tiada batas). Rajin mengikuti Pameran di tingkat nasional sebelum terjun ke kancah
   internasional (TEI dan Indo Feed).
9. Mengikuti Pamaran dagang : Menciptakan image baru ’ merk pemasaran’ perusahaan
10. Last but not least: (Paling penting): Paham dan mengikuti aturan main di negara tujuan ekspor.
     Pelaku usaha harus mengetahui aturan export ke AS serta aturan teknis lainnya

Peluang dan Tantangan Komoditi Furniture

Dalam perkembangnya menghadapi kondisi sbb :
·     Kemungkinan untuk menggeser posisi Indonesia keperingkat yang lebih tinggi dari Posisi ke-10
     untuk Wooden Kitchen dan dan Posisi ke-17 untuk Wooden, Office sangat terbuka terutama
     untuk Furniture dengan bahan baku Kayu Tropis (sourcing)
·     Terbatasnya Eksportir Furniture yang secara mandiri mengikuti pameran internasional di LN
·     Masih terbatasnya jumlah eksportir Indonesia yang telah mempunyai kantor perwakilan di LN
·     Produk Furniture Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara pesaing  khususnya jenis ukiran yang berbeda disetiap daerah termasuk keragaman bahan baku (rotan, bambu, kayu jati, mahoni, sengon, dan akar-akaran)

Kiat Memasuki Pasar AS

Sebagai landasan instrument pengatur bahwa dasar kebijakan pengembangan ekspor Indonesia memiliki rambu-rambu baik yang dicanangkan dalam RPJMN, perjanjian internasional/WTO, reformasi ekonomi nasional dan kebijakan nasional sebagai filosopi yang harus dipatuhi,  yaitu :
·    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang pelaksanaannya dituangkan
    dalam bentuk peraturan perundang-undangan, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri;
·    Perjanjian Internasional,  penetapan kebijakan ekspor dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
    mengingat bahwa kebijakan tersebut terkait dengan perjanjian internasional, jangkauan
    operasional bersifat nasional yang memerlukan  koordinasi antar instansi tingkat nasional dan
    lembaga inter nasional,
·    Reformasi Ekonomi Nasional, kebijakan ekspor di susun dalam rangka reformasi ekonomi
    nasional, untuk meningkatkan daya saing, menjamin kepastian & kesinambungan bahan baku
    industri di dalam negeri, mendukung tetap terpeliharanya kelestarian lingkungan dan
    sumber daya alam serta pelaksanaan perjanjian internasional;
·    Kebijakan Nasional, ekspor ditentukan oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Menteri
    Perdagangan.

      Selain hal di atas, perlu mendapat perhatian serius oleh eksportir Indonesia  dalam berbisnis komoditi furniture dengan pengusaha  AS antara lain :

· Menanggapi dengan cepat permintaan pasar
· Meningkatkan reboisasi hutan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan `baku
· Menerapkan sistem kualitas kontrol dan meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian
   lingkungan (ISO 9000 dan ISO 14000) 
· Peningkatan infrastruktur (fasilitas gudang, mobilitas dan teknis pengemasan)
· Aktif berpartisipasi dalam pameran dagang internasional (Networking, New buyer, Market
   research, dll)
·         Promotion kit yang up todate
·         Menetapkan agen/distributor Capacity Building dan Team Building   yang kuat dan tangguh
Penegakan hukum yang konsisten terhadap penyelundupan kayu

Jenis produk furniture yang digemari masyarakat AS

Drawer Bedside Table , Wide Bedside Table Admoire, Drawer Dresser Table,  Bookcase With doors,  Canopy Bed, Lingerie Desk, Sofa and Sofa Table,  End Tables, Cocktail Table, Wine Butler, Office Collection Desk,  Home Entertainment Collection Tower, Kids Furniture, Wood Frame, Floor Lamp and Table Lamp
Rekomendasi Umum Ekspor Furniture ke AS

Rekomendasi            
Dalam rangka upaya meningkatkan nilai ekspor furniture Indonesia perlu pembenahan dalam segala aspek baik yang bersifat bahan baku, proses produksi , pro aktif promosi, membangun website seperti  :
1. Kayu yang dipergunakan sebagai bahan baku bukan merupakan hasil dari Illegal Logging
2. Mempunyai sertifikat Fumigasi
3. Menyebutkan secara lengkap deskripsi produk dalam B/L dan Invoice guna memperlancar
    proses Customs
4. Mengantisipasi bilamana Container terkena inspeksi oleh petugas Customs (Random Check)
    khususnya berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh sipengirim
5. Mengikuti pameran dagang internasional
6. Membangun website yang informatif

Disamping rekomendasi di atas, untuk  meningkatkan bisnis furniture dan akses pasar, perlu disusun beberapa alternatif strategi peningkatan ekspor furniture ke AS ditempuh sbb :
·         Membuat Market Survey Furniture secara komprehensive untuk mengetahui struktur pasar, saluran distribusi,  regulasi , kompetitior dll dengan cara bekerjasama dengan perusahaan research  dinegara tujuan ekspor;
· Menyusun “ market brief ”  tentang furniture,
· Pengamatan pasar (Market Intellegence) langsung dengan cara melakukan kunjungan bisnis ;
· Memanfaatkan pebisnis Indonesia yang berdomisili di AS, seperti dengan Indonesia-Amerika
   Business Assosation (IABA)
· Mengikuti trend furniture dengan cara berlangganan majalah furniture  “published information”
· Menyusun “ list of exporter furniture AS
· Melakukan hubungan dagang dengan cara mengirimkan penawaran  yang dilengkapi brosur,
   profil perusahaan dll  Promosi di dunia maya (virtual trade) Menguasai dunia gadget untuk dapat
   mengirim penawaran, berita dan gambar produk
· Menggunakan bahan kayu yang bukan berasal dari “illegal logging” bersertifikat “halal” dengan
  sertifikat verifikasi legilitas kayu (SVLK)
· Perbanyak kenalan orang yang sudah berpengalaman dalam bisnis ini. Pasarkan lewat online
   karena akan lebih cepat peminatnya
· Rajinlah untuk mendatangi buyer-buyer yang umumnya telah memiliki gudang yang lebih besar
  untuk mendapatkan pesanan. Jika mempunyai modal yang lebih buatlah showroom di tempat
  yang strategi.

Penutup
1. AS adalah negara yang paling signifikan di dunia dalam hal perdagangan internasional. Selama beberapa dekade, AS telah memimpin dunia dalam impor. Keunikan dan kondisi AS adalah negara adikuasa yang mempunyai wilayah sangat luas, terdiri dari 50 negara bagian. Dalam perdagangan dengan Indonesia,  AS merupakan pasar tradisonal Indonesia yang sangat potensial dengan jumlah penduduk terbesar ke-tiga di dunia sekitar tiga ratus juta jiwa orang  dan merupakan negara yang multikultur. Kebudayaan AS pun beragan karena masyarakatnya yang beragam dari segala macam suku, negara, agama dan warna kulit
2. Perekonomian AS memilki  GDP $ 15 trillion (2011) atau seperempat GDP dunia, GDP per kapita $ 48.450 (7 besar dunia),negara dagang terbesar (largest Trading Nation), Tingkat konsumsi domestic sangat tinggi, struktur GDP Jasa (76,9 %), Industri (21,9 %), dan pertanian (1.2 %). FTA dengan Kolumbia, Kosel dan akan mendorong $ 14,4 milyar (trade value) dan lapangan pekerjaan 
3.  Karekteristik konsumen di  AS yang amat menyukai tantangan. Konsumen AS  terkenal dengan keterbukaan mereka dalam menerima layanan2 baru, mencoba produk2 baru yang masih asing dan beradaptasi dengan proses yang belum familier bagi mereka. Karekteristik konsumen yang seperti ini turut menciptakan sebuah ekosistem yang kondusif dan budaya innovasi yang pada gilirannya mendorong majunya entrepreneurship disana
4. Komoditi Furniture di AS  cukup potensial karena memilki nilai jual yang relatif tinggi karena memiliki artistik terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan halus. Sejauh ini industri furniture atau mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dan dikenal sebagai salah satu negara eksportir mebel terbesar dalam perdagangan dunia. Ekspor Furniture Indonesia ke  AS terdiri dari 9 HTS dengan 6 digit, sedangkan nilai terbesar, yaitu Kayu furniture (HS 940370) diikuti bagian dari furnitur (HS. 940390), Wooden furniture (except seats) of a kind used in the bedroom (HS.940350)
5. Trend pertumbuhan impor furniture AS tahun 2011-2012 cukup besar, yaitu 10,76 %. Furniture merupakan salah satu produk primer bagi konsumen Amerika Serikat.  Indonesia termasuk 10 besar negara pemasok furniture bagi AS dengan nilai yang cukup signifikan, kecuali untuk office furniture, wood television dan radio cabinets yang bahkan belum masuk 20 besar perkategori. Ini merupakan celah pasar  bagi Indonesia untuk dicoba diupayakan mengisi area ini. Trend pertumbuhan ekspor furniture Indonesia ke AS dalam periode 2010-2011 mencapai 4,7%. Pada tahun 2012 Indonesia berada diperingkat ke-8 sebagai pemasok furniture ke Amerika Serikat. Negara dengan peringkat di atasnya ialah Cina, Kanada, Mexico, Italy, Vietnam, Malaysia dan Taiwan.
6. Nonklatur atau  code Harmonized Tariff System (HTS)  adalah  94. HTS merupakan penamaan dan penomoran (pengklasifikasian) setiap jenis barang yang diperdagangkan di dunia, tujuannya adalah mendiskripsikan komoditi ekspor. HTS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang diperdagangkan secara internasional. Indonesia negara yang sangat kaya bahan baku, seperti kayu dan rotan sebagai bahan baku furniture. Ekspor furniture Indonesia memiliki karekteristik  : tergolong padat karya yang membuka lapangan kerja yang luas, memiliki daya saing dibanding industri dari negara lain, yaitu dibidang ketrampilan mengukir dan tenaga kerja murah,  dan bahan baku tidak tergantung pada negara lain dan pasar ekspor masih berpeluang luas, tetapi nilai ekspor furniture Indonesia kurang dari 3% ekspor furniture dunia. Indonesia kalah jauh dari China yang nilai ekspor furniturenya mencapai 45%. Padahal China merupakan importir terbesar produk hutan Indonesia (kayu dan rotan)
7. Furnitur adalah investasi jangka panjang sebagai sesuatu untuk menyampaikan kepada anak-anak mereka atau tetap sebagai barang antik. Dimaklumi sifat konsumen AS, membeli produk dengan harga murah tetapi mutu tinggi yang harus dipelajari oleh eksportir Indonesia terutama berbisnis di bidang furniture jika ingin masuk ke pasar AS tersebut. Indikator penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam bisnis furniture adalah pertumbuhan property, hotel, kantor-kantor,  apartemen dfl
8. Pengaruh krisis ekonomi Amerika berdampak bagi industri furniture dan kerajinan ditanah air. Hal ini mengingat AS  merupakan tujuan utama ekspor produk-produk furniture dan kerajinan Indonesia, tercatat pada tahun 2011 lalu, data BPS menunjukan ekspor furniture ke Amerika Serikat mencapai 30% dari total ekspor furniture Indonesia dengan  kenaikan sebesar 9,76% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,
9. Dengan permintaan AS yang besar dan perkembangan Indonesia di dunia internasional, perusahaan-perusahaan Indonesia masih menghadapi hambatan untuk mencapai pasar AS. Untuk menemukan dan berhubungan dengan pembeli AS yang terpercaya dan terverifikasi, seringkali makan waktu dan biaya yang mahal. Bahkan ketika hubungan telah terjalin, dapat menjadi sulit untuk melengkapi transaksi dengan perusahaan-perusahaan AS karena birokrasi mereka yang kompleks, keuangan, atau peraturan pengiriman. Mengingat hambatan tersebut, perusahaan Indonesia yang mungkin bisa berjaya di pasar AS justru lebih banyak berjuang untuk mencapai pasar di tempat pertama. Tiger Trade, sebuah website yang berbasis di AS yang diluncurkan pada Desember 2010, bertujuan untuk mengatasi hambatan tersebut dengan menyediakan solusi inovatif secara online untuk menghubungkan bisnis di Indonesia dengan pembeli AS.
10. Pasar Furniture Indonesia di AS masih menjanjikan dan  peluangnya  masih cukup besar,  meski sedang krisis, AS masih merupakan ekonomi terbesar dunia dan punya income per kapita terbesar. Ini artinya, potensial market consumer AS boleh dibilang semuanya memiliki buying power yang cukup tinggi,” dan dapat ditingkatkan permintaan furniture karena share dari Indonesia baru sebesar sebesar 1.62  % (tahun 2007). Selain itu, adanya Kebijakan sertifikat mebel yang  pro Lingkungan untuk ekspor dan  pemberlakukan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) akan memberikan jaminan legalitas kayu yang digunakan oleh industri furniture

11. Menyusun strategi pemasaran furnitur berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat berpengaruh pada peningkatan usahanya dan apakah strategi pemasaran furnitur yang dilakukan sekarang masih dapat dipertahankan atau perlu dibuat alternatif strategi pemasaran baru agar produk dapat memenangkan persaingan.
Dikarenakan kurangnya tenaga profesional pada pengrajin atau pekerja, maka Pemerintah atau pengusaha melakukan perbanyakan tenaga pekerja dan terlatih untuk hasil dan keuntungan yang lebih maksimal serta berkelanjutan.
12. Merencanakan & menciptakan program penelitian dan pengembangan yang terencana dan terarah,  meningkatnya permintaan ekspor, kebijakan pemerintah Indonesia sangat mendukung bagi kelancaran kegiatan ekspor, pasar global yang berpengaruh pada penurunan tarif impor atau bea masuk barang ke Amerika Serikat, perkembangan teknologi infomasi, dan tidak adanya penetapan pajak ekspor furnitur Indonesia. Pro-aktif mengikuti promosi dagang baik pameran dagang maupun misi dagang disamping kunjungan  bisnis ketujuan pasar ekspor AS.  Membuka akses ekspor ke negara-negara tujuan lain seperti China, India, Australia maupun Korea Selatan. Kami sangat kecewa dengan pemerintah yang hingga kini belum merealisasikan komitmennya untuk membantu mengalihkan pasar ekspor,” \

DAFTA PERPUSTAKAAN
1.     Amir M. ciri-ciri komodit ekspor Indonesia , 2004
2.     Anggara, Erwin , Karya Ilmiah Peluang Bisnis  “Bisnis Mebel” Stimik Amikom Yogyakarta , 2012
3.     Atase Perdagangan RI di A.S. Peluang pasar produk indonesia di amerika serikat KBRI Washington DC, TEI,  2011
4.     Asosiasi Mebel Dan kerajinan Rotan Indonesia (Asmindo), Green Design Furniture, Trend Baru di Amerika Serikat, 2008 
5.     Dibi, Profil Komoditi Furniture, Info Eksportir, Bank Indonesia
6.     Kementerian  Perindustrian , Prospek Dan Pengembangan Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan , Jakarta,  2008
7.     Kementerian Perindustrian, Bahan Pertemuan  Pembahasan Klaster Furniture, Semarang, 2012
8.     Feri Yunus,  Maju Funiture ekspor Indonesia, 15, 2009
9.     Pramutoko, Bayu,  STRATEGI MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL. Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Islam Kadiri
10.  PASAR EKSPOR: Indonesia Belum Maksimalkan AS Bisnis Indonesia, bali bisnis 2012













Silakan Download File Dibawah Ini
Download Word

3 komentar:

  1. furniture indonesia is the best sir

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas artikelnya. Baca artikel saya juga di Akademi Asuransi: <a href="https://www.akademiasuransi.org/2020/05/mengapa-tanggapan-konsimen-penting-bagi-bisnis-anda.html>Mengapa Tanggapan Konsumen Penting Bagi Bisnis Anda</a>

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas artikelnya. Baca artikel saya juga di Akademi Asuransi
    Mengapa Tanggapan Konsumen Penting Bagi Bisnis Anda

    BalasHapus